Senin, 08 Desember 2014

SIFAT SOMBONG DALAM AL-QUR’AN



Sombong atau dalam istilah Arabnya Al-Bathar, dalam kamus lisan Al-Arab disebutkan bahwa arti kata bathar sinonim dengan takabur yang berarti sombong. Rasulullah SAW dalam hadis menjelaskan definisi sombong :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Sombong  ialah tidak menerima kebenaran dan menghina sesama manusia.[1]

Menurut Raghib Al Asfahani Ia mengatakan, “Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri . Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah  adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan  angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatanataupun mengesakan-Nya”.[2]

Dalam buku ihya’ ulumuddin Al-Ghazali nendefinisikan sombong adalah suatu sifat yang ada didalam jiwa yang tumbuh dari penglihatan nafsu dan tampak dalam perbuatan lahir.[3]

Secara universal maka, perbuatan sombong  dapat dipahami dengan membanggakan diri sendiri, mengganggap dirinya lebih dari orang lain. perbuatan sombong dibagi beberapa tingkatan yaitu:

Kesombongan terhadap Allah SWT, yaitu dengan cara tidak tunduk terhadap perintahnya, enggan menjalankan perintahnya
Sombong terhadap rasul, yaitu perbuatan enggan mengkuti apa yang diajarkannya dan menganggap Rasulullah sama sebagaimana dirinya hanya manusia biasa.
Sombong terhadap sesama manusia dan hamba ciptaanya, yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain dan makhluk ciptaan Allah yang lain dengan kata lain menghina orang lain atau ciptaan Allah lainya.[4]


Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Sombong

Q.S Al-Isra’:  37
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا (٣٧)

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

Muradat

مَرَحًا : kesombongan dan kecongkakan. dalam tafsir Al-Qurtubi pengertiannya adalah kegembiraan yang sangat, sombong dalam berjalan.

لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ : kamu takkan dapat menjadikan jalan di bumi  dengan pijakanmu dan jejakmu yang hebat.[5]

Tafsir ayat

Dalam ayat ini Allah SWT melarang hambanya berjalan dengan sikap congkak dan sombong di muka bumi. Sebab kedua sikap ini adalah termasuk memuji diri sendiri yang tidak disukai oleh Allah dan orang lain.

Almaraghi dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini bahwa, seorang manusia hendaknya jangan berjalan dengan sikap sombong, bergoyang-goyang seperti jalannya raja yang angkuh. Sebab dibawahnya terdapat bumi yang tidak akan mampu manusia menembusnya dengan hentakkan dan injakkan kakinya yang keras terhadapnya. sedang diatasnya terdapat gunung yang takkan mampu manusia menggapai, menyamai dengan ketinggian atau kesombongannya.

Dalam tafsir Al-Qurtubi maksud menyamai gunung adalah manusia dengan dengan kemampuanya ia tidak akan bisa mencapai ukuran seperti itu. Sebab manusia adalah hamba yang sangat hina yang dibatasi dari bawah dan atasnya. Sedang sesuatu yang dibatasi itu terkungkung dan lemah. Dan yang dimaksud dengan bumi, adalah engkau menembusnya dan bukan menempuh jaraknya.[6] Jadi manusia dilingkupi oleh dua benda mati yang kamu lemah dari keduanya. Maka bagi orang yang lemah dan terbatas, tak patut baginya bersikap sombong.

Oleh karena itu besikap tawadhulah, jangan takabur/sombong, karena kamu hanya makhluk yang lemah, terkurung anatra batu dan tanah, oleh karena itu, janganlah kamu bersikap seperti makhluk yang kuat dan serba bisa. Ayat ini merupakan teguran keras, ejekan dan cegahan bagi orang yang bersikap sombong.[7]

AS-SAJDAH :15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ (١٥)

Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.

Mufradat

: ذُكِّرُوا dinasehati dengan ayat-ayat Allah

خَرُّوا: mereka terjatuh (menyungkur)

وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ  : mereka mensucikan dari siafat yang tidak layak bagi kebesaran dan keagungannya

Tafsir ayat

Menurut Quraish shihab dalam Ayat ini Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang mukmin yaitu apabila mereka diperingatkan dengan Ayat-ayat Allah mereka segera menyungkur dan bersujud  dan bertasbih memuji rabbnya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Dan ayat ini juga menggambarkan dua sifat orang mukmin yang menonjol pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat Allah, dan kedua kerendahan hati mereka yang dicerminkan dengan tasbih dan tahmid serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri.[8]

Dalam tafsir Al-Qurtubi yang dimaksud tidak menyombongkan diri disini, menurut Yahya Bin Sallam adalah, tidak menyombongkan diri terhadap Allah dengan tidak melaksanakan ibadah atau perintahnya. Dan menurut An-Naqqasy tidak menyombongkan diri seperti penduduk makkah yang enggan bersujud pada Allah.[9]

AZ-ZUMAR :60
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (٦٠)

60. dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?

Tafsir mufradat

وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ : wajah-wajah mereka menghitam karena nampak padanya pengaruh-pengaruh kehinaan dan penyesalan

مَثْوًى: tempat tinggal

Tafsir ayat

Dalam ayat ini Al maraghi menjelaskan bahwa Allah SWT memperlihatkan pada Rasul SAW di hari kiamat, wajah dari orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, yaitu mereka yang mengagaap bahwa Allah mempunyai anak, dan bahwa Allah mempunyai sekutu, mereka berbuat sombong lalu menyembah sesembahan-sesembahan lain selain allah, wajahnya berwarna hitam, karena diliputi kesedihan dan kepiluan  yang menguasainya dan kemuaraman yang dialaminya. mereka dikembalikan ke penjara, dimana mereka akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan disebabkan karena keengganan mereka untuk mematuhi kebenaran.

Demikian pembahasan somobong beserta beberapa ayat yang telah dikemukakan diatas. semoga yang sedikit ini bisa memberikan manfaat.

 [1] Maktabah syamilah, Hr. Muslim no. 131
 [2] Fathul Bari’ 10 hal 601.
 [3] Imam Al-Ghazali, Mutiara ihya’ ulumuddin (bandung: mizan, 1997) Hlm 293.
 [4] . Rosihan Anwar, Akhlak Tassawuf (Bandung: Pustaka Setia,2010) Hlm 131
 [5] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, terjemah tafsir Al-Maraghi (semarang : CV. Toha Putra, 1993) hlm. 84-85.
 [6] Syaikh imam Al-qurtubi, tafsir Al-Qurtubi, jilid 10 (jakarta: pustaka Azzam, 2008) hlm. 647.
 [7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, terjemah tafsir Al-Maraghi (semarang : CV. Toha Putra, 1993) hlm. 84-85.
 [8]  Muhammad Quraish shihab, tafsir Al-misbah: pesan dan keserasian Al-Qur’an, volume 11 (jakarta: lantera hati,                          2005) hlm. 194.
 [9] Tafsir Al-Qurtubi Jilid 14 hlm 239.





Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)

Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.

Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
Islam Melarang dan Mencela Sikap Sombong
Allah Ta’ala berfirman,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ  {18}

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dosa Pertama Iblis
Sebagian salaf menjelaskan  bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)

Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah)
Hakekat Kesombongan
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)

Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”. Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam)

Sombong Terhadap al Haq (Kebenaran)

Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak menerimanya. Setiap orang yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan penolakannya tersebut.  Oleh karena itu wajib bagi setiap hamba untuk menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul ‘alaihimus salaam.

Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan  dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran tersebut. Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سًلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {56}

“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Adapun orang yang sombong dengan menolak sebagian al haq yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka dia berhak mendapat hukuman (adzab) karena sifat sombongnya tersebut.

Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam di atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya, yakni dengan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kita berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara lahir dan batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di, cet Daarul Kutub ‘Ilmiyah)
Sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran adalah menerimanya secara penuh sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا {36}

“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {65}

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa’: 65)

Sombong Terhadap Makhluk

Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)

Di antara bentuk kesombongan terhadap manusia di antaranya adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut. Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat, kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Allah Ta’ala. Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia harus sombong terhadap orang lain? Wallahul musta’an.
Hukuman Pelaku Sombong di Dunia
Dalam sebuah hadist yang shahih dikisahkan sebagai berikut ,

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.

“Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang tersebut malah menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Apakah kamu tidak bisa?” -dia menolaknya karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R. Muslim no. 3766).

Orang tersebut mendapat hukum di dunia disebabkan perbuatannya menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Dia dihukum karena kesombongannya. Akhirnya dia tidak bisa mengangkat tangan kanannya disebabkan sikap sombongnya terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah di antara bentuk hukuman di dunia bagi orang yang sombong.
Mengganti Sikap Sombong dengan Tawadhu’
Kebalikan dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.

“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Sikap tawadhu’ inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman,

دَرَجَاتٍ الْعِلْمَ أُوتُوا وَالَّذِينَ مِنكُمْ آمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat “ (QS. Al Mujadilah: 11).

Termasuk buah dari lmu yang paling agung adalah sikap tawadhu’. Tawadhu’ adalah ketundukan secara total terhadap kebenaran, dan tunduk terhadap perintah Allah dan rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan disertai sikap tawdahu’ terhadap manusia dengan bersikap merenadahkan hati, memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan memuliakan mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong yaitu menolak kebenaran dan rendahkan manusia.  (Bahjatu Qulubil Abrar, hal 110)
Tidak Termasuk Kesombongan

Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan bahwa orang yang memiliki sikap sombong tidak akan masuk surga, ada sahabat yang bertanya tentang orang yang suka memakai pakaian dan sandal yang bagus. Dia khawatir hal itu termasuk kesombongan yang diancam dalam hadits. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwasanya hal itu tidak termasuk kesombongan selama orang tersebut tunduk kepada kebenaran dan bersikap tawadhu’ kepada manusia. Bahkan hal itu termasuk bentuk keindahan yang dicintai oleh Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Indah dalam dzat-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta perbuatan-Nya. Allah mencintai keindahan lahir dan batin.( Bahjatu Qulubil Abrar , hal 195)

Kesombongan yang Paling Buruk

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak  bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi).  Laa haula wa laa quwwata illaa billah.” (Al Kabaa’ir ma’a Syarh li  Ibni al ‘Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)

Pembaca yang dirahmati oleh Allah, semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sikap sombong. Hanya kepada Allah lah kita memohon. Wa shalallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.



Berwudhu Sesuai Sunnah Nabi


Wudhu'- secara bahasa bermakna hasan (kebagusan) sedangkan secara istilah syara` ialah menggunakan air kepada anggota tertentu dengan beberapa peraturan tertentu. Manfaat dari wudhuk ialah bagi menghilangkan hadats kecil yang termasuk persyaratan pada dalam beberapa ibadat misalnya shalat, thawaf dan menyentuh al-quran.

Tata cara berwudhu sesuai sunnah nabi


Syarat Wudhuk persis dengan syarat dalam mandi wajib diantaranya:

1.Memakai air muthlaq
Air mutlak ialah 1 persyarat di dalam tiap bersuci. Maksud air mutlaq yaitu yang belum digunakan (mustakmal) bagi menghilangkan hadas dan najis. Ini berlaku apabila air itu tidak sampai ukuran dua qullah (216 liter, keterangan kadar air 2 qullah) sedangkan air yang sudah sampai dua kulah untuk kemuthlakan air itu tidak akan hilang kecuali timbul perubahan dalam rasa, warna ataupun bau sebab bercampur oleh benda yang suci. Air yang tidak sampai  2 qullah maka akan dihukumi najis jika terkena najis meskipun sedikit dan tidak mengalami perubahan, sedangkan air yang sampai dua kulah bisa dihukumi bernajis apabila timbul perubahan pada salah satu dari tiga sifat air tersebut.

2. Mengalirkan air kepada anggota wudhuk
Dalam membahas anggota wudhuk disyaratkan harus dialirkan air serta tidak boleh sekedar dengan mengusapkan air saja kecuali pada membasuh kepala

3. Tidak datang sesuatu pada anggota wudhuk yang dapat mengubah sifat air hingga tidak boleh disebutkan lagi dengan air mutlaq
4. Tidak ada sesuatu yang jadi penghalang air pada anggota wudhuk seperti cat yang sudah kering
5. Untuk orang yang tetap pada kondisi berhadats (daim hadats) disyaratkan bagi sah wudhuknya untuk shalat mesti sudah masuk waktu shalat serta penting digaris bawahi buat si daim hadats 1 wudhuk sebatas buat 1 shalat fardhu sedangkan shalat sunnat maka bisa lebih dari 1.

Rukun Wudhuk.

Fardhu /rukun Wudhuk 6 :

1. Niat sewaktu mencuci wajah

Niat bagi wudhu bisa dengan niat sebagai fardhu wudhu, niat bagi menghilangkan hadats atau dengan niat berwudhuk bagi membolehkan shalat ataupun perkara - perkara yang memerlukan wudhuk misalnya menyentuh al-quran, thawaf dll. 

2. Mencuci permukaan wajah.

Batas wajah yang wajib dibasuh yaitu dari bagian atas sampai ke daerah yang pada umumnya tumbuh rambut, bagian bawah sampai di bawah penghujung tulang dagu, sedangkan ukuran lebar sampai ke telinga.

3. Mencuci kedua tangan sampai siku-siku.
4. Membasuh sebagian kepala.
5. Mencuci kedua kaki sampai tumit.
6. Tertib, yakni mendahulukan yang lebih awal sebagaimana urutan yang tersebut diatas.

Sunnat-sunat pada berwudhuk :

Semua amalan ibadah ada sebagian perkara yang sunat dilaksanakan sebagai penyempurna untuk ibadat tersebut. Demikian pula pada wudhuk, ada sebagian perkara yang sunat diperbuat diantaranya:

1. Membaca Bismillah pada awal wudhuk
2. Mencuci kedua tangan sampai pergelangan
3. Gosok gigi
4. Berkumur-kumur
5. Istinsyaq (memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya)
6. Membasuh semua bagian kepala
7. Membasuh kedua telinga sesudah membasuh kepala
8. Menggosok tangan kepada anggota wudhuk sesudah mengalirkan air
9. Menyela-nyela jenggot yang lebat
10. Menyela-nyela jari jemari tangan dan kaki
11. Memperlebar basuhan pada muka hingga sampai pada permukaan kepala,telinga dan leher (ghurrah)
12. Memperlebar basuhan pada waktu membasuh tangan dan kaki sampai melewati siku dan sampai pada betis (tahjil)


Kedua perbuatan tersebut (no. 11 dan 12) berfaedah akan menambahkan cahaya anggota wudhuk kelak di hari akhirat, dikarenakan salah 1 perihal yang membedakan umat islam dengan yang yang lain ialah munculnya cahaya bagi kaum muslim pada bekasan wudhuknya, oleh sebab itu dengan memperlebar daerah basuhan pada muka, tangan serta kaki maka akan semakin memperbanyak cahaya pada akhirat kelak seperti yang telah diterangkan pada hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.


13. Membasuh/menyapu keseluruhan anggota sebanyak 3 kali
14. Mendahulukan anggota kanan dari pada anggota kiri
15. Beriringan (muallat), maksudnya pada membasuh anggota wudhuk tersebut dilakukan secara beriringan
16. Mengontrol supaya betul-betul sampai air kepada sebagian anggota yang sering tidak merata air seperti pada tumit dan ujung mata
17. Menghadap kiblat
18. Tidak berbicara tanpa hajat
19. Tidak mengelap air pada anggota wudhuk dengan seumpama kain
20. Membaca 2 syahadat serta doa sesudah wudhu seperti dibawah ini



Tata cara berwudhu sesuai sunnah nabi 
doa setelah wudhu

21. Minum dari kelebihan wadhu (air wudhu), dikarenakan air bekasan wudhu mengandung obat untuk penyakit apapun seperti tersebut pada sebuah hadits :
Diriwayatkan dari As-Sa’ib bin Yazid r.a, dia berkata : Saya pernah diajak bibi saya berkunjung kepada Nabi s.a.w. Kata bibi : “Ya Rasulullah! Kemenakan saya ini sakit kepala!” Kemudian Rasulullah s.a.w mengusap kepala saya dan memohonkan keberkahan untuk saya. Setelah itu beliau berwudhu, lalu saya minum air sisa/ bekas wudhunya. Kemudian saya berdiri di belakang beliau, sehingga saya melihat cap/stempel kenabian sebesar kancing tenda di antara dua pundak pada punggung beliau.


(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 190)

Penyebab Azab Kubur


perkara yang menyebabkan azab kubur dan amalan - amalan yang dapat menyelamatkannya .

Sebab - sebab seseorang mendapat azab kubur

“Aisyah Ra menanya mengenai azab kubur, Rasulullah SAW memberi jawab: Iya, azab kubur pasti ada. ” (HR. Bukhari – Dalam Kitab Al-Janaiz).

“Aisyah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam solatnya, “Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari azab kubur…” (HR. Mutafaqun Alaih).

“Ketika orang-orang yang durhaka kepada Allah tak mampu memberi jawab pertanyaan malaikat, lalu dia dipukul dengan besi… hingga dia menjerit dengan teriakan yang amat keras… didengar oleh seluruh makhluk Allah, kecuali Jin dan juga Manusia, ” (HR. Bukhari dan juga Muslim).

Berikut kisah peristiwa nyata mengenai siksa kubur yang berlaku di Jazirah Arab. Seorang pemuda yang dikeluarkan dari kuburnya sesudah beberapa jam dia dikuburkan. Akibat mengalami azab kubur, pemuda tersebut telah berubah wajah dan juga jasadnya. Pemuda tersebut adalah remaja muslim yang meninggal pada usia 18 tahun. seorang pemuda yang rosak akhlak dan juga agamanya, dan juga sering melalaikan solat, hampir tiga (tiga) jam pemuda tersebut dikuburkan, pihak keluarga meminta kubur tersebut digali semula untuk keperluan tertentu.

Dan apa yang terjadi selepas mayat tersebut dikeluarkan pandangan yang amat mengaibkan. Rambut yang hitam men-jadi putih, dari mulut dan juga hidung keluar darah yang masih merah pekat, seperti baru mengalami siksaan kubur yang amat keras seperti ada yang memukul dibahagian belakang kepalanya, dengan wajah seperti diremas dan juga membeku.

Bagi seorang muslim ini ialah pendidikan yang sangat-sangat bernilai agar lekas memperbaiki hidupnya dengan bertaubat dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Sementara itu selaku pendidikan dan juga iktibar untuk kita.

Sebab-Sebab Siksa Kubur
Ibnu Qoyyim Rahimahullah, dalam kitab Ar-Ruh menyebutkan ada sejumlah dosa dan juga maksiat yang dapat menyebabkan kita disiksa di ALAM KUBUR, diantaranya:

  1. Melalaikan Solat
  2. Mem-baca al-Quran lalu melupakannya
  3. Tak bersuci sesudah membuang hadas kecil
  4. Berbicara bohong
  5. Tak membayar zakat
  6. kehidupan yang berlebih-lebihan
  7. Menyantap riba
  8. Rasuah
  9. Memfitnah sesama saudara muslim
  10. Khianat terhadap amanah
  11. Enggan menolong sesama muslim
  12. Meminum arak
  13. Berzina
  14. Membunuh

“Wahai anak Adam… Sesungguhnya apa yang kau minta dari-Ku… dan juga yang kau harapkan dari-Ku… Ampunan-Ku bagimu yang meminta dan tidak bagi yang enggan…”

“Wahai anak Adam… Walaupun dosamu sepenuh petala langit… lalu engkau meminta ampun pada-Ku… Ampunan-Ku bagimu dan tidak bagi yang enggan…”

“Wahai anak Adam… Seandainya kau datang pada–Ku dengan kesalahan seluas bumi… lalu engkau datang kepada-Ku… dan tak berbuat syirik pada-Ku dengan suatu pun… Sungguh Saya akan berikan kepadamu ampunan…”
 

Ya Allah… terimalah taubatku… Iya Allah… terimalah taubatku… Iya Allah… terimalah taubatku…

Alangkah bahagianya… seandainya maut menjemput kita tengah berurai air mata merasakan manisnya iman dalam sujud penghambaan… rindu hendak perjumpaan dengan-Nya…

Alangkah indahnya air mata yang senantiasa berlinang dari munajat seorang anak soleh kepada Allah… Merindukan kemuliaan dan juga keselamatan bagi ke-2 orang tuanya… taburan doanya men-jadi cahaya yang menerangi dari gelapnya ALAM KUBUR…

Doa-doanya menghantar kepulangan orang tuanya kepada Allah dalam Husnul Khatimah… rintihan dan juga munajatnya men-jadi benteng yang kukuh selaku penghalang dari azab dan juga siksa kubur… Doa yang tiada terputus mengalir dari ketulusan dan juga keheningan hati agar orang tuanya dalam kasih sayang Allah…

Waktu Siksa Kubur
Hadits di atas juga menerangkan mengenai waktu siksa kubur, apa-kah seterusnya hingga hari kiamat ataukah cuma sementara?! Jawabannya diperinci: Bagi manusia kafir, maka siksaannya kekal hingga hari kiamat, seperti kaum Nuh dan juga pengikut Fir’aun, mereka tetap disiksa hingga kiamat tiba. Adapun bagi manusia mukmin yang bermaksiat, maka siksaan mereka tak kekal, bisa lama ataupun bisa juga sebentar bersesuaian dengan dosa dan juga ampunan Allah Ta’ala.

Mengapa Siksa Kubur Tak Dinampakkan?
Adalah hikmah mengapa Alloh Ta’ala tak menampakkan siksa kubur bagi manusia ialah:

  • Untuk menutupi aib mayit.
  • Untuk menenangkan keluarga mayit.
  • Selaku kasih sayang kepada manusia.

Sebab Allah Ta’ala me-ngetahui bahwa memang manusia tak kuat melihatnya. Bisa jadi kita senantiasa dibayangi dengan ketakutan manakala adzab tersebut ditampakkan.


a. Untuk menguji keimanan seorang terhadap masalah ghoib.
Seandainya dinampakkan berarti apa faedahnya ujian, sebab manusia hendak beriman kepada suatu yang mereka saksikan dengan bola mata kepala mereka. Berlainan halnya bila tak nampak maka cuma hendak diimani oleh manusia yang beriman saja.

Jenis-Jenis Siksa Azab Kubur
Siksa Kubur memiliki sejumlah jenis siksaan:

Dipukul dengan palu besi sehingga berteriak keras.

عَنْ أََنََسٍ عَنِ النَّبِىِّ قَالَ « الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ ، وَتُوُلِّىَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِى هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ؟ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. فَيُقَالُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ ، أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ. قَالَ النَّبِىُّ: فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا. وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوِ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِى، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ.

“Dari Anas dari Nabi, beliau bersabda: “Seorang hamba apabila dipendam di kuburnya, dan  orang-orang yang mengantarnya telah berpaling meninggalkannya, maka dia mendengar suara sandal mereka. Lalu datanglah dua malaikat lalu menyuruhnya duduk seraya menanyai padanya: Apa yang kamu ucapkan mengenai Muhammad? Dia memberi jawab: Saya bersaksi bahwa dia ialah hamba Alloh dan juga Rosul-Nya, maka dikatakan padanya: Lihatlah calon tempat mu di neraka telah diganti oleh Alloh tempat di surga. Nabi bersabda: Maka dia menatap keduanya. Adapun manusia kafir ataupun munafiq maka dia memberi jawab: Saya tidak ngerti, saya menyatakan apa yang diucapkan manusia. Lalu dikatakan padanya: “Kamu tidak ngerti, lalu dia dipukul dengan palu dari besi satu pukulan di antara dua telinganya, sehingga dia berteriak dengan teriakan yang dapat didengar oleh sekitarnya kecuali jin dan juga manusia. ”
(HR. Bukhori 1273, 1308 dan juga Muslim 2870. )#)


Dihimpitkan kuburnya
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رسول الله: … « وَإِنَّ الْكَافِرَ ». فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ: « وَتُعَادُ رُوحُهُ فِى جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيُنَادِى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ ». قَالَ: « فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا ». قَالَ: « وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ ». زَادَ فِى حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ: « ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا ». قَالَ: « فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ فَيَصِيرُ تُرَابًا

“Dari Baro’ bin Azib berbicara: Rosululloh bersabda: “…Adapun manusia kafir, maka dia dikembalikan ruhnya dan juga didatangi dua malaikat dan menyuruhnya duduk seraya menyatakan: Siapa Robbmu? Dia memberi jawab: Ha, ha, ha, saya tidak ngerti. Malaikat menanyai: Apa agamamu? Dia memberi jawab: Ha, ha saya tidak ngerti. Malaikat menanyai lagi: Siapakah lelaki yang diutus kepadamu? Dia memberi jawab: Ha, ha saya tidak ngerti. Maka ada seruan dari langit: Hamba ini berdusta, maka bentangkan tempat untuknya dari neraka dan juga pakaikan untuknya ……………dari neraka dan bukakan untuknya pintu menuju neraka. Akhirnya datanglah kepadanya udara panas lagi beracun dan juga dihimpit kan baginya kuburannya hingga bengkok seluruh tulangnya. Dalam hadits Jarir ada tambahan: “Kemudian diutus kepadanya seorang yang buta dan juga tuli dengan membawa alat pukul dari besi yang seandainya dipukul kan menuju gunung maka dia men-jadi tanah. Sesudah tersebut dia dipukul sehingga dia berteriak dengan teriakan yang didengar oleh Jin dan juga manusia sehingga dia men-jadi tanah. ”


(HR. Abu Dawud 2/281, al-Hakim 1/37-40, ath-Thoyyalisi: 753, Ahmad 4/287, 288, 295, 296, al-Ajurri dalamasy-Syari’ah 367-370, Nasai’ 1/282, Ibnu Majah 1/469-470, Abu Dawud 2/70, Ahmad 4/297, dishohihkan al-hakim, adz-Dzahabi, Ibnul Qoyyim v\ dalam I’lamul Muwaqqi’in 1/214 dan juga Tahdzibus Sunan 4/337 dan dia menukil penshohihan Abu Nu’aim dan juga selainnya. (Dinukil dari Ahkamu Janaiz, al-Albani hlm. 159, cet al-Maktab Islam). Imam Ibnu Qoyyim v\ dalam kitabnya Ar-Ruuh hlm. 91 menyebutkan bahwa memang Imam Daruqutni telah mengumpulkan jalan-jalan riwayat hadits Baro’ bin Azib mengenai nikmat dan juga siksa kubur dalam sebuah buku khusus. )#)

Digigit ular berbisa

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a\ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ قَالَ: « إِنَّ المُؤْمِنَ فِيْ قَبْرِهِ لَفِيْ رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ ، وَيُرْحَبُ لَهُ قَبْرُهُ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا ، وَيُنَوَّرُ لَهُ كَالقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, أَتَدْرُوْنَ فِيْمَا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ ﴿١٢٣﴾ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ أَتَدْرُوْنَ مَا المَعِيْشَةُ الضَّنْكَةُ ؟ » قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: « عَذَابُ الكَافِرِ فِيْ قَبْرِهِ ، وَالذِّيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، إِنَّهُ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ تِنِّيْنٍا ، أَتَدْرُوْنَ مَا التِّنِّيْنُ ؟ سَبْعُوْنَ حَيَّةٍ ، لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعُ رُءُوْسٍ يَلْسَعُوْنَهُ ، وَيَخْدِشُوْنَهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ))

“Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh, beliau bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin di kuburnya dalam taman yang hijau dan juga di luaskan kuburnya tujuh puluh hasta, dan diberi penerang seperti petang bulan purnama. Tahukah kalian mengenai apa-kah ayat ini turun? “Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan juga Kita hendak menghimpunkannya kepada hari kiamat dalam keadaan buta. ” (QS. Thoha [20]: 123-124) Mereka memberi jawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu. ” Beliau bersabda: “Adzab manusia kafir di kuburnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dia akan serang oleh sembilan puluh sembilan tinnin, tahukah kalian apa itu tinnin? Tujuh puluh ular, tiap ular memiliki tujuh kepala yang menggitnya hingga hari kiamat. ”
Sebab-sebab yang akan Menyelamatkan Dari Azab Kubur


Sesudah memberitahukan dahsyatnya azab kubur & sebab-sebab yang akan menyeret menuju ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun melalui lisan Rasulullah yang mulia, dengan rahmat & keutamaan-Nya, Allah juga memberitahukan amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari azab kubur tersebut.

Al-Imam Ibnul Qayyim berbicara: “Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari azab kubur terbagi men-jadi dua:
 

1. Sebab-sebab dengan cara global
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan menjerumuskan menuju kedalam azab kubur seperti yang telah disebutkan di atas.

Sebab yang bermanfaat ialah seorang hamba duduk beberapa saat se-belum tidur utk mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia kerjakan, baik perkara yang merugikan maupun yang menguntungkan kepada hari tersebut. Lalu dia senantiasa memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya dgn Allah, sehingga dia tidur dlm keadaan bertaubat & berkemauan keras untuk tidak mengulanginya bila nanti bangun dari tidurnya. Dia kerjakan hal tersebut tiap petang. Maka, apabila dia mati (ketika tidurnya tersebut), dia mati di atas taubat. Apabila dia bangun, dia bangun tidur dalam keadaan siap untuk beramal dgn senang hati, sebab Allah menunda ajalnya hingga dia menghadap Rabbnya & berhasil memperoleh segala suatu yang terluput. Tak ada perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba ketimbang taubat ini. Terlebih lagi bila dia berzikir sesudah tersebut & melaksanakan sunnah-sunnah yang datang dari Rasulullah ketika dia hendak tidur hingga benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah hendak berikan hidayah taufik utk melaksanakan hal tersebut. Dan juga tiada kekuatan kecuali dgn pertolongan Allah.


b. Sebab-sebab terperinci
Di antaranya:

a. Ribath siang & petang.
Dari Fadhalah bin Ubaid z, Rasulullah n bersabda:

كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Setiap manusia yang mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali manusia yang mati dlm keadaan ribath (berjaga di perbatasan wilayah kaum muslimin) di jalan Allah l. Amalannya hendak dikembangkan hingga datang hari kiamat & hendak diselamatkan dari fitnah kubur. ” (HR. At-Tirmidzi & Abu Dawud)


b. Mati syahid
Dari Ubadah bin Ash-Shamit z, dari Nabi n:


لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati syahid hendak memperoleh enam keutamaan di sisi Allah l: diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan darahnya, hendak menatap calon rumahnya di surga, hendak diselamatkan dari azab kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang amat gede, diberi hiasan dgn hiasan iman, dinikahkan dgn bidadari, & hendak diberi kemampuan utk memberi syafaat kepada 70 manusia kerabatnya. ”(HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani berbicara dlm Ahkamul Jana’iz bahwa memang sanadnya hasan)

c. Mati pada malam jumat ataupun siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash c, dari Nabi n, beliau bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يـَمُوتُ يَوْمَ الْـجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal kepada hari jumat ataupun malamnya, kecuali Allah hendak melindunginya dari fitnah kubur. ” (HR. Ahmad & Al-Fasawi. Asy-Syaikh Al-Albani menyatakan dlm Ahkamul Jana’iz bahwa memang hadits ini dengan seluruh jalur-jalurnya hasan ataupun shahih)

d. Mem-baca surat Al-Mulk
Dari Ibnu Abbas c, Nabi n bersabda:

هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dia (surat Al-Mulk) ialah penghalang, dia ialah penyelamat yang hendak menyelamatkan pembacanya dari azab kubur. ” (HR. At-Tirmidzi, lihat Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dgn sedikit perubahan]


Nikmat Kubur
Sesudah me-ngetahui & meyakini adanya azab kubur yang demikian mengerikan & menakutkan, berlandaskan Al-Qur’an & As-Sunnah yang shahih, juga me-ngetahui macam-macamnya, penyebabnya, & hal hal yang akan menyelamatkan darinya, maka ter-masuk kesuksesan yang agung ialah selamat dari beragam azab tersebut & memperoleh nikmat di dalamnya dgn rahmat-Nya.

Allah S. W. T berfirman:

“Adapun orang-orang yang beriman & mengerjakan amal yang shalih maka Rabb mereka memasukkan mereka menuju dlm rahmat-Nya (surga). Begitulah keberuntungan yang nyata. ”(Al-Jatsiyah: 30)

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya saya takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), kalau saya mendurhakai Rabbku. ’ Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari tersebut, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan begitulah keberuntungan yang nyata. ” (Al-An’am: 15-16)

Adapun nikmat kubur, di antaranya apa yang Rasulullah beritakan dlm hadits Al-Bara’ z yang panjang:
 

a. memperoleh ampunan & keridhaan-Nya. Seperti ucapan malakul maut kepada manusia yang tengah menghadapi sakaratul maut:


أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ

“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah & keridhaan-Nya. ”
 

b. dikokohkan hatinya utk menghadapi & memberi jawaban fitnah kubur.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dgn ucapan yang teguh tersebut dalam kehidupan di dunia & di akhirat. ” (Ibrahim: 27)
 

c. Digelarkan permadani, didandani dengan pakaian dari surga, dibukakan baginya pintu menuju surga, dilapangkan kuburnya, & di dalamnya ditemani manusia yang tampan wajahnya, bagus penampilannya, seperti yang Rasulullah kabarkan dalam hadits Al-Bara’ yang panjang:

“Maka gelarkanlah permadani dari surga, dandanilah dia dengan pakaian dari surga. Bukakanlah baginya sebuah pintu menuju surga, maka sampailah kepadanya bau wangi & keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh mata menatap, lalu datang kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, wangi baunya. Lalu dia berbicara: ‘Berbahagialah dengan perkara yang menyenangkanmu. Ini ialah hari yang dahulu kamu dijanjikan. ’ Dia pun menanyai: ‘Siapa kamu? Wajahmu ialah wajah manusia yang datang membawa kebaikan. ’ Dia memberi jawab: ‘Aku ialah amalanmu yang shalih…” (HR. Ahmad & Abu Dawud)

Semoga artikel diatas dapat membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya , hidup ini cuma sementara ibarat kita merantau kemanapun kita pergi suatu saat pasti akan kembali kekampung halamannya , begitu juga dengan kehidupan kita di dunia ini semuanya akan kembali kepada tempatnya yaitu kubur . Hanya amal yang dapat membuat seseorang bahagia didunia dan akhirat .


ttp://beritaislamiterkini.blogspot.com/2014/10/sebab-sebab-seseorang-mendapat-azab.html