Rabu, 30 April 2014

SEJARAH HARI BURUH


Hari Buruh pada umumnya dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh ini adalah sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh. Bagaimana sejarah Hari Buruh itu? Hari Buruh lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat. Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jarsey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat". Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur. Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya. Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional. Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia. Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886. 
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_

Waspada! Ada Pemurtadan Aqidah di Hari Buruh

Tanggal 1 Mei dikenal sebagai hari buruh (may day) internasional. Biasanya di berbagai negara, termasuk di Indonesia, hari buruh diperingati dengan melakukan aksi unjuk rasa atau demonstrasi oleh para buruh. Dalam demonstrasi tersebut, para buruh menyampaikan tuntutan-tuntutannya kepada para pengusaha dan pemerintah yang punya tanggung jawab terhadap kelangsung profsei mereka.
Tuntuan-tuntuan itu seputar out sourching, (tenaga kerja kontrak), kenaikan upah buruh, jaminan kesehatan, cuti hamil dan pasca melahirkan bagi tenaga kerja perempuan, sampai dengan jam kerja yang manusiawi. Dalam sejarahnya, hari buruh ini, memang lahir dari aksi para buruh pada abad ke 19 yang melakukan unjuk rasa untuk menuntut jam kerja dari 19-20 jam per hari menjadi 8 jam per hari.  
Bagi umat Muslim, khususnya yang berprofesi sebagai buruh, hari buruh memang terlihat sangat mendukung profesi mereka. Namun, mereka harus menyikapinya dengan sangat hati-hati. Penyebabnya adalah dalam peringatan atau penetapan tanggal 1 Mei sebagai hari buruh, ternyata dibalik itu tersimpan juga hal-hal yang akan membuat aqidah seseorang tercabut dan murtad dari agama Islam. Berikut ini adalah beberapa konspirasi dibalik tanggal 1 Mei tersebut.
1 Mei (May Day) Bertepatan Dengan Lahirnya Iluminati
Pada Tanggal 1 Mei 1776, sebuah perkumpulan persaudaraan rahasia didirikan. Pengagasnya adalah Adam Weishaupt. Nama kelompok ini adalah Illuminati. Gerakan ini didirikan dengan nama Ordo Illuminati, dengan anggota awalnya sebanyak lima orang, dipelopori oleh Adam Weishaupt. Dia adalah profesor hukum kanon di Universitas Ingolstadt. Kelompok ini terdiri dari para pemikir bebas dan mencontoh gerakan orang-orang Yahudi, Freemason.
Anggota Illuminati melakukan sumpah rahasia dan berikrar untuk mengabdi kepada atasan mereka. Anggotanya dibagi menjadi tiga kelas, masing-masing dengan beberapa tingkatan, dan banyak cabang Illuminati menarik orang-orang terkenal Yahudi yang kemudian menjadi penguasa di beberapa negara di dunia.
Saat ini, Illuminati sudah memasuki seluruh kehidupan peradaban bangsa di dunia. Dia melakukan kendali politik dari jarak jauh. Mengadu domba antara rakyat dan pemerintahnya. Semuanya itu dilakukannya dalam rangka melemahkan bangsa tersebut agar menjadi budak "dunia baru" yang dicita-citakannya. Ironisnya, mulai 2014, di Indonesia hari kelahiran Illuminati dijadikan sebagai hari libur nasional.
1 Mei; Dari Kaum Sosialis, Kematian Osama, Sampai Penyembahan Dewa
1 Mei juga untuk kaum sosialis merupakan hari International Workers' Day. Selain itu, Pada malam tanggal 1 Mei juga, beberapa orang Amerika memperingati kematian Osama bin Laden. Apakah mulai sekarang Amerika akan memiliki alasan untuk bergabung dengan sosialis seluruh dunia dan juga merayakan tanggal 1 Mei? Wallahu’alam.
Pada tanggal 1 Mei di banyak negara resmi merupakan awal dimulainya musim panas. Hari Itu ketika "Hari Baru - New Day" dari Matahari Terbit" dirayakan. Pada tanggal ini juga, banyak negara menyambut hari awal dimulainya musim panas. Saat matahari terbit yang dianggap "Kelahiran Dewa" dirayakan.
Disaat ratusan ribu buruh berteriak, menuntut kebijakan, kebebasan dan haknya, pada saat itu juga dan pada tanggal yang sama, ratusan dan ribuan satanic meneriakkan gelora pembebasan bagi makhluk sesembahan mereka, yakni Setan. Disaat itulah mereka merasa menemukan hari baru dalam dunia mereka.
Untuk para buruh yang merasa menyuarakan hak-haknya, mohon pertimbangkan hal ini, maukah anda disamakan sebagai pemuja syaitan dan menuntut kebebasan bagi para pemuja setan....??? Nau’udzu billahi min dzalik. [PurWD/Adi/voa-islam.com]


Cara Positif Memperingati Hari Buruh


Para pekerja lebih memilih untuk menghabiskan waktu libur pada 1 Mei dengan melakukan aksi unjuk rasa adalah minimnya pemahaman mengenai Hari Buruh Internasional

Hari Buruh Internasional tanggal 1 Mei atau lebih dikenal dengan sebutan May Day merupakan hari libur tahunan seluruh pekerja di dunia. Di Indonesia, peringatan Hari Buruh Internasional selalu diidentikkan dengan kegiatan-kegiatan negatif seperti aksi unjuk rasa buruh, kerusuhan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya pekerja tidak dilarang untuk melaksanakan aksi unjuk rasa pada May Day karena Indonesia merupakan negara yang menganut asas demokrasi, asalkan tidak mengganggu kepentingan orang banyak. Namun, para pekerja/buruh di Indonesia banyak yang salah tidak memahami asas demokrasi ini sehingga aksi unjuk rasa yang dilakukan memperingati Hari Buruh Internasional cenderung menimbulkan kerusuhan dan hal negatif lain.
Salah satu penyebab para pekerja lebih memilih untuk menghabiskan waktu libur pada 1 Mei dengan melakukan aksi unjuk rasa adalah minimnya pemahaman mengenai Hari Buruh Internasional. Padahal Hari Buruh Internasional merupakan perayaan keberhasilan ekonomi dan sosial dari kalangan pekerja oleh karena itu perayaan Hari Buruh Internasional seharusnya tidak dilakukan dengan aksi-aksi demonstrasi yang disertai dengan kerusuhan.
Di beberapa negara dengan tingkat pendidikan pekerja yang tinggi, seperti Amerika, Inggris dan Australia, kecenderungan memperingati May Day dengan aksi unjuk rasa telah lama bergeser ke kegiatan-kegiatan yang lebih positif. Para pekerja  di negara tersebut lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya. Minimnya tingkat pemahaman pekerja di Indonesia mengenai Hari Buruh Internasional semakin diperparah dengan waktu libur yang hanya satu hari saja dan tidak disediakannya kegiatan-kegiatan positif bagi para pekerja.
Peringatan Hari Buruh Internasional tidak harus diisi dengan aksi demonstrasi pekerja dengan jumlah massa yang besar , namun May Day juga dapat diperingati dengan cara-cara yang jauh lebih positif daripada sekedar aksi unjuk rasa.May Day dapat diperingati dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi lingkungan sosial, terutama bagi lingkungan pekerja seperti kegiatan menanam pohon/ reboisasi, donor darah, bakti sosial dan lain sebagainya.
Selain itu, Hari Buruh Internasional juga dapat diperingati dengan acara-acara yang dapat mengembalikan sekaligus meningkatkan semangat kerja dari buruh seperti acara-acara konser musik, jalan sehat atau sepeda sehat berhadiah dan pemberian reward / penghargaan terhadap para pekerja yang memiliki prestasi kerja tinggi.
Pelaksanaan acara-acara yang bersifat positif tersebut diharapkan dapat meminimalisir potensi kerawanan dan kerugian yang dapat muncul sebagai akibat dari perayaan Hari Buruh Internasional seperti kerusuhan dan kemacetan jalan. Akan tetapi, untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan positif tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan kegiatan gabungan antara perusahaan satu dengan perusahaan-perusahaan yang lain dan difasilitasi oleh pihak Pemerintah Daerah (Pemda).
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peringatan Hari Buruh Internasional setiap tanggal 1 Mei dapat dilakukan dengan menyelenggarakan event-event yang bermanfaat sekaligus dapat meningkatkan semangat kerja seperti kegiatan donor darah, pemberian reward terhadap pekerja berprestasi, acara-acara hiburan dan lain sebagainya.
Dengan diselenggarakannya acara-acara positif tersebut dapat menekan potensi kerawanan yang dapat muncul dari aksi peringatan Hari Buruh Internasional. Akan tetapi, pelaksanakan acara-acara dalam rangka peringatan Hari Buruh Internasional memerlukan biaya yang relatif besar, oleh karena itu diperlukan partisipasi aktif dari Pemerintah, terutama Pemerintah Daerah, untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan positif pada May Day.
Selain itu, juga diperlukan peran dari masing-masing perusahaan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan secara terpisah maupun gabungan dengan perusahaan-perusahaan yang lain.|POL

Selasa, 29 April 2014

SEJARAH NABI ADAM AS. ROSUL ALLAH


 
Bismillahirrahmaanirrahiim

Kisah Nabi Adam As dalam Alquran seperti yang terurai dibawah ini dan selamat menikmati cerita nabi adam ini.

Penciptaan Adam

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh – tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhawatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: “Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.”

Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
“Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya.”
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna


Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:”Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?”
Iblis menjawab:”Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur.”
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
“Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah.”

Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:”Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam.”
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:”Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:”Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”


Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:”Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?”

Berkatalah Adam:”Seorang perempuan.”Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya.”Siapa namanya?”tanya malaikat lagi.”Hawa”,jawab Adam.”Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?”,tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:”Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”

Allah berpesan kepada Adam:”Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini.”

Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: “Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.”
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:”Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami.”


Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:”Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan.”

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran.

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A’raaf ayat 11 sehingga 25

Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.

Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia – keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.


Pasca terbunuhnya Habil, bukan main kesedihan Nabi Adam ‘alaihissalam, Isak tangis bertahun-tahun mengiringinya. Hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniainya seorang anak sebagai pengganti Habil. Anak tersebut bernama Syits, maknanya pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena anak itu merupakan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menggantikan Habil.

Setelah Syits menginjak dewasa, Nabi Adam ‘alaihissalam memberikan kepercayaan penuh kepadanya, segala ilmu yang diraihnya diajarkan kepada Syits. Bahkan ketika akan meninggal, Nabi Adam ‘alaihissalam memberikan wasiat kepada Syits untuk menggantikan dalam memimpin anak keturunannya untuk beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia juga diberi shuhuf (lembaran-lembaran wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan keturunannya berlanjut. Semua manusia silsilah keturunannya berasal dari Syits, sedang anak Nabi Adam ‘alaihissalam yang lain punah (tidak berlanjut keturunannya).

Adapun Qabil, Al-Qurthubi menukil dalam Tafsir-nya dan Ibnu Jauzi dalam Talbis Iblis, bahwa Qabil lari bersama saudara kembarnya ke daerah Adnan di Yaman. Maka datanglah Iblis menggodanya seraya berkata, “Sesungguhnya kurban saudaramu dimakan api itu karena ia menyembah api, maka buatlah tungku dan sembahlah api! Hal itu akan bermanfaat bagimu dan keturunanmu.” Selanjutnya Qabil membangun rumah penyembahan api, maka dialah yang mula-mula melakukan penyembahan api, wallahu a’lam.

Namun yang jelas, Qabil adalah makhluk yang pertama kali masuk neraka dari kalangan manusia. Keturunannya banyak yang membuat kerusakan di bumi karena didikannya, sebagaimana Allah ceritakan dalam firman-Nya (artinya),

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَآ أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلاَّنَا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ اْلأَسْفَلِينَ

“Dan berkata orang-orang kafir di neraka: “Wahai Robb kami, perlihatkan kepada kami dua makhluk yang telah menyesatkan kami dari kalangan jin dan manusia. Keduanya akan kami letakkan di bawah kaki-kaki kami, supaya keduanya menjadi orang-orang yang rendah.” (QS. Fushshilat: 29)

Para ahli tafsir mengatakan bahwa dua makhluk itu adalah Iblis dari kalangan jin dan Qabil dari kalangan manusia. Keduanya sebagai pendahulu dan yang semula-mula mengajak masuk neraka.

Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihissalam

Setelah tinggal di bumi selama 960 tahun dan sudah mempunyai banyak keturunan, tibalah saat Nabi Adam ‘alaihissalam bertemu Allah Ta’ala. Ibnu Katsir berkata, “Para ahli sejarah telah menceritakan bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam tidak meninggal sehingga ia melihat keturunannya, dari anak, cucu, cicit terus ke bawah yang jumlahnya mencapai 400 ribu jiwa, wallahu a’lam.” (Qoshosh Anbiya: 43)

Allah Ta’ala menceritakan,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً

“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Rabb kalian, yang mana Dialah yang menciptakan kalian dari jwia yang satu dan menciptakan dari jiwa itu istrinya dan daripada keduanya, Allah memperkembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak…” (QS. An-Nisa: 1)

Konon Nabi Adam ‘alaihissalam jatuh sakit beberapa hari, hingga pada hari Jumat datanglah malaikat untuk mencabut nyawanya dan bertakziah (mengungkapkan rasa belasungkawa) kepada pemegang wasiatnya yakni Syits. Ubay bin Ka’ab berkata,

“Sesungguhnya ketika akan datang saat wafatnya Nabi Adam berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya aku menginginkan buah dari surga.’ Maka pergilah anak-anak Nabi Adam untuk mencarikannya. Ketika dalam perjalanan mereka bertemu dengan para malaikat yang membawa kain kafan, ramuan minyak wangi untuk mayat, kapak, cangkul, dan keranda. Para malaikat itu berkata kepada anak-anak Nabi Adam, ‘Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian kehendaki dan apa yang kalain cari?’ Mereka menjawab, ‘Bapak kami sakit, ia menginginkan buah dari surga.’ Para malaikat berkata, ‘Kembalilah kalian! Sungguh sekarang ini telah datang keputusan kematian bagi bapakmu.’ Maka datanglah para malaikat untuk mencabut nyawa Nabi Adam. Dan ketika mereka datang, mengertilah Hawa akan keperluan para malaikat itu, ia pun segera mendahului mereka untuk bertemu Nabi Adam agar Nabi Adam minta ditangguhkan pencabutan nyawanya. Namun Nabi Adam menjawab, ‘Pergilah engkau dariku, sungguh aku diciptakan sebelummu. Biarkan nyawaku dicabut oleh para malaikat Rabbku.’ Maka para malaikat itu mencabut nyawa Nabi Adam lalu memandikannya, mengafaninya, mengolesinya ramuan minyak wangi, lalu membuat galian kubur serta lahat. Selanjutnya mereka menyolatinya lalu memasukkannya ke liat kubur dan menempatkannya di lahat. Kemudian mereka menguruknya, lalu para malaikat itu berkata, ‘Wahai anak Adam, inilah tuntunan bagi kalain pada orang mati di antara kalian’.” (HR. Thabrani, 8:158, Zawa idul Musnad, 5:136, Ibnu Katsir dan Salim Al-Hilali berkata, “Hadits ini shahih.”)

Kuburan Nabi Adam ‘Alaihissalam dan Hawa

Ahli sejarah memperselisihkan lokasi kuburan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa. Ada yang berkata bahwa keduanya dikubur di gua Gunung Qubais dekat Masjidil Haram. Yang lainnya mengatakan di Baitul Maqdis Palestina, karena pada saat banjir melanda seluruh permukaan bumi, Nabi Nuh memindahkannya ke Baitul Maqdis, wallahu a’lam.

Pendapat yang kuat ialah sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawa dan Nur ala Darb (kumpulan fatwa ulama Saudi Arabia) bahwa semua kuburan para nabi tidak diketahui keberadaannya kecuali kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ebrada di Madinah dan kuburan Nabi Ibrahim di Palestina. Riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan kuburan para nabi itu riwayatnya tidak bisa menjadi pegangan dan tidak ada asalnya. Lagi pula, mengetahui keberadaan kuburan para nabi bukanlah suatu hal yang dituntut dalam agama ini. Jika hal itu penting, tentu Allah Ta’ala akan menjaga pengetahuan tentangnya pada makhluk-Nya.

Kisah Nabi Adam AS dan Siti Hawa Dalam AlQuran Lengkap mungkin bisa menjadi pedoman bagi kita yang sekarang sudah sangat jauh dari ajaran allah swt apalagi sekarang sudah banyak sekali bencana yang terjadi seperti Gunung Merapi Meletus, 4 Matahari di China, Planet Kembaran Bumi dan banyak lagi kejadian bencana alam yang kita tidak sadari bahwa allah telah murka kepada kita semua.

semoga bisa bermanfaat cerita yang tidak saya masukan video youtube nya dan nantikan kisah kisah nabi lainnya di sini, nah sobat demikian sejenak merenungkan lagi dari Kisah Nabi Adam AS dan Siti Hawa Dalam AlQuran diatas. Amiin.



Senin, 28 April 2014

DOA KESELAMATAN DAN MEMINTA HAJAT,NABI KHIDIR AS




دُعَاء الفرَج لِسَيِِدِّنَا الخِضِرْ عَلَيْة السَّلاَم


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى سَيِدِّنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

اَللَّهُمَّ كَمَا لَطَفْتَ فِى عَظَمَتِكَ دُونَ اللطَّفَاءِ وَعَلوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ ، وَعَلِمْتَ مَاتَحْتَ أَرِضِكَ

كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ ، وَكَانَتِ وَسَاوسُ الصُدُورِ كَاْلعَلاَ نِيَّة عِنْدَكَ ، وَعَلا نَّيةُ اْلقَوْلِ كَالسَّرِ فِى عِلْمِكَ

، وَانْقَادَ كُلُّ شَىْء لِعَظَمَتِكَ ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِى سُلْطَانٍ لسُلْطَانِكَ ، وَصَارَ أَمْرُ الدُّنْيَا والاَخِرَةِ كُلُّه بِيَدِكَ .

اِجْعَلْ لِى مِنْ كُلِ هَمٍ أَصْبَحْتُ أَوْ أَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجَا وَمَخرَجَا اللَّهُمَّ إِنَّ عَفَوَكَ عَنْ ذُنُوبِى ، وَتَجَاوُزُكَ

عَنْ خَطِيئَتىِ ، وَسِتْرَكَ عَلَى قَبِيحِ عَمَلِى ، أَطمِعْني أَنْ أَسْألَُكَ مَا لاَ أَسْتَوْجِبُهُ مِنْكَ مِمَّا قَصَّرْتُ فِيهِ ،

أَدْعُوكَ اَمِنا وَأَسْألُكَ مُسْتَأنِسَا . وَإِنَّكَ الْمُحْسِنُ إِلَّى ، وَأَنَا الْمُسِىُ إلىَ نَفْسِى فِيِمَا بَيْنِى وَبَيْنَكَ ، تَتَوَدَدُ

إِلىَّ بِنِعْمَتِكَ وَأَتَبَغَّضُ إلَيْكَ بِالْمعَاصِى وَلَكِنَّ الثَّقَةُ بِكَ حَمَلَتْنِى علَى الْجَرَاءَةِ عَلَيْكَ فَعُدْ بِفَضْلِكَ وإحْسِانِكَ

. عَلَي إِنَّكَ أَنْتَ التَّوِابُ الَّرَحِيم وَصَلَ الله عَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

Terjemahnya:
Doa Al Faraj li Sayyidina Al Khidir Alaihissalam

Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi washahbihi wa sallam,
Allahumma kamaa lathafta fii ‘adhamatika duunalluthafaa, wa ‘alawta bi‘adhamatika
alal ‘udhamaa, wa ‘alimta maa tahta ardhika ka’ilmika bimaa fauqa ‘arsyika, wa kaanat
wasaawisasshuduuri kal’alaniyyati ‘indaka, wa ‘alaa niyyatilqauli kassirri fii ilmika,
wanqaada kullu syay’in li ‘adhamatika, wa khadha’a kullu dzi sulthaanin li sulthaanika, wa
shaara amruddunya wal akhirati kulluhu biyadika.
Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu aw amsaiytu fiihi farajan wa makhrajaa,
Allahumma inna ‘afawaka ‘an dzunuubiy, wa tajaawazaka ‘an khathii’athiy, wa sitraka alaa
qabiihi a’maaliy, athmi’niy ‘an as’aluka maa laa astawjibuhu minka mimma qashhartu fiihi,
ad’uuka aaminan, wa as;aluka musta;anisaa.
Wa innakalmuhsinu ilayya, wa analmusii’i ilaa nafsiy fiima bayniy wa bainaka, tatawaddaduu
ilayya bini’matika, wa atabagghadhu ilaika bilma’ashiy, walakinnattsiqata bika hamalatniy
alal Jaraa’ati ‘alaika, fa’ud bifadhlika wa ihsaanika alayya. innaka antattawaburrahiim ,wa
shalallahu alaa Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallim. 

Sumber: G+

Jumat, 25 April 2014

Ampuni Ya Allah

 

Iktikaf

Butiran-butiran air mata tak ingin kuhapus
Biarlah dia menghiasi pipi malam ini
Berteman sunyi dan sepi di rumah Engkau Ya Allah
Meratap pilu, mengingat dosa yang banyak
Seperti buih dilautan, tak sanggup tuk menghitung
Aku tau Ya Allah , maaf Mu pun teramat banyak
Melebihi banyak nya butiran pasir di tepi pantai
Aku datang lagi di malam ke duapuluh tiga ini
Hanya mengharap ampunan dan Kasih Sayang Mu
Mesjid ini terlihat sepi dan hening,
Hanya isakan tangis dari hamba-hamba Mu yang yakin
Engkau akan turun memberi seribu maaf dan seribu rahmat
Ya Allah di mesjid berteman sepi dan air mata,
Aku ingin Engkau mengusap air mata ini
Aku ingin Engkau membelai rambut ini
Dalam rengkuhan Cinta Mu yang tak pernah usai.
 
Iktikaf  secara leksikal bermakna bermukim dan berdiam di suatu tempat untuk mengerjakan suatu urusan. Iktikaf secara teknikal (terminologis) dalam syariat Islam bermakna bermukim dan berdiam di suatu tempat suci untuk ber-taqarrub kepada Allah Swt.
Iktikaf adalah kesempatan emas bagi manusia yang karam dalam lautan dunia untuk menengok dan menata kembali dirinya. Iktikaf dilakukan dengan maksud mengeksplorasi pelbagai nilai-nilai moril dan spiritual, dalam pada itu, orang yang beriktikaf menarik diri dari gemerlapnya dunia dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Dalam kondisi Iktikaf, ia bermohon kepada Allah Swt untuk ditetapkan di jalan yang benar sehingga ia dapat terhubungkan dengan samudera tak-terbatas kasih dan sayang Ilahi yang seluruhnya adalah ampunan dan rahmat.

Iktikaf tidak terkhusus agama Islam saja, melainkan terdapat juga pada agama-agama Ilahi yang lain dan terus berlanjut dalam agama Islam. Meski boleh jadi dalam syariat suci Islam sebagian dari tipologi, hukum dan syaratnya telah mengalami perubahan.
Semenjak Rasulullah Saw mengajarkan ritual Iktikaf kepada kaum Muslimin, tradisi islami ini menyebar di kalangan kaum Muslimin. Pada masa sekarang ini, acara iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan diselenggarakan dengan meriah di pelbagai negeri Islam seperti Saudi Arabia (Mekkah). Setiap tahunnya, kaum Muslimin dalam jumlah yang besar, yang mayoritas diikuti oleh kaum muda, bergegas menuju Masjid al-Haram untuk melakukan ritual iktikaf dan beriktikaf di samping Ka’bah. Bahkan kebanyakan peziarah memilih hari-hari penuh berkah ini untuk menunaikan umrah mufradah dan melakukan iktikaf di Baitullah al-Haram dalan rangka mendulang keutamaan iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.    
Perayaan yang serupa dengan ini juga berlangsung di Masjid al-Nabi dan di samping pusara suci Rasulullah Saw. Demikian juga, Masjid Kufah di Irak, setiap tahunnya orang-orang turut serta dalam penyelenggaraan ritual Iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Orang-orang Syiah dan pengikut Ahlulbait dalam jumlah besar melakukan ritual iktikaf di masjid suci ini dan kebanyakan ulama besar Syiah juga turut serta bersama masyarakat melakukan iktikaf.

Memutuskan diri sementara waktu dari urusan materi dan duniawi, bermukim di masjid dan melanggengkan zikir serta ibadah, tanpa melakukan iktikaf, dengan sendirinya memiliki nilai yang tinggi dan signifikansi yang penting. Dalam hal ini, terdapat banyak ayat, riwayat dan hadis-hadis yang mengandung nilai tinggi tersebut. Namun signifikansi iktikaf secara khusus disebutkan dan dinyatakan dalam al-Qur’an.
Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqâm Ibrahim sebagai tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku (ini) untuk orang-orang yang melakukan tawaf, yang beriktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (Qs. Al-Baqarah [2]:125)
Sebagian syarat I’itikaf dijelaskan pada ayat lain dalam al-Qur’an.[1]
Iktikaf dari sudut pandang waktu pelaksanaan, tidak terbatas pada satu waktu tertentu. Hanya saja kemestian berIktikaf adalah orang harus berpuasa. Anda dapat melakukan Iktikaf tatkala secara syar’i Anda dapat menjalankan puasa. Karena itu, kapan saja puasa dapat dilakukan dengan benar dan sahih maka Iktikaf juga akan benar dan sahih. Namun sebaik-baik waktu untuk Iktikaf adalah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan hari-hari putih (ayyam al-baidh) bulan Rajab. Iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sangat pantas dan bahkan ideal mempersiapkan manusia untuk mendapatkan malam Qadar dan mengeksplorasi emanasi Ilahi pada malam yang sangat berharga ini.
Apa yang disebutkan pada sebagian riwayat dimana Rasulullah Saw mengkhususkan diri beriktikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir ini.[2] dan bahkan tahun ketika perang Badar bertepatan dengan bulan Ramadhan, maka bulan Ramadhan pada tahun berikutnya, beliau menebusnya dengan menyibukkan diri beriktikaf selama dua minggu di masjid.[3]
Di Iran dewasa ini, pada tiga hari bulan Rajab, lebih banyak diikuti ketimbang Iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tiga hari bulan Rajab ini memiliki dua hal penting sebagiamana berikut ini:
Pertama, bulan Rajab adalah bulan haram (yang dimuliakan dan dihormati) dan dapat disimpulkan dari sebagian riwayat bahwa Iktikaf pada bulan-bulan haram memiliki keutamaan dibanding dengan bulan-bulan lain.
Kedua, bulan Rajab memiliki keutamaan tersendiri, karena bulan Rajab adalah bulan agung yang dihormati oleh masyarakat bahkan pada masa jahiliyyah. Islam juga menambahkan kehormatan dan kemuliaan tersebut.[4] Nampaknya perilaku dan keyakinan seperti ini terhadap bulan Rajab telah mengakar pada masyarakat termasuk dari berbagai agama Ilahi lainya.
 
Iktikaf dari sudut pandang ruang (tempat) memiliki tempat tertentu. Pandangan yang popular adalah bahwa Iktikaf hanya dibolehkan pada salah satu empat masjid (Masjid al-Haram, Masjid al-Nabi, Masjid Kufah, Masjid Bashrah). Imam Ridha As bersabda, “Semalam iktikaf di Masjid al-Nabi dan di samping pusaranya sebanding dengan satu haji dan satu umrah.”[5] Meski sebagian juris dan fakih memandang boleh melakukan iktikaf di masjid raya (jami) di setiap kota dan kabupaten.[6]
Namun sehubungan dengan masjid raya juga sebagian berpandangan bahwa Iktikaf di masjid raya dengan maksud raja’ dengan harapan semoga mendapatkan pahala di sisi Allah Swt.[7]
Adapun iktikaf di masjid-masjid lain, seperti masjid di tempat tinggal dan pasar hanya dibolehkan oleh sebagian kecil fakih Syiah.[8] Yang dimaksud dengan masjid raya (jami) pada setiap kota dan kabupaten adalah sebuah masjid yang biasanya masyarakat lebih banyak berkumpul di tempat itu.[9]Dengan kata lain, masjid rayalah yang lebih banyak jamaahnya pada kebanyakan waktu (salat).[10]
Di sini boleh jadi sebuah pertanyaan mengemuka bahwa apakah dengan memperhatikan pengaruh konstruktif iktikaf tidakkah lebih baik kita memandang boleh melakukan iktikaf di masjid manapun sehingga siapa saja dapat mengambil manfaat dari ibadah seperti ini?
Dalam menjawab pertanyaan ini harus dikatakan bahwa ibadah-ibadah dalam Islam seluruhnya bersifat tauqifi (dari sononya); artinya bahwa syarat-syarat dan hukum-hukumnya harus diambil dari instruksi-instruksi syar’i dan teks-teks Islami. Kapan saja dalil-dalil standar digunakan bahwa tempat penyelanggaraan iktikaf adalah di masjid raya maka kita tidak dapat mengikut selera dan mood pribadi untuk turut campur dalam menentukan syarat ibadah dan meluaskan cakupannya.
Pada dasarnya, sebagian ibadah, dari sudut pandang tempat pelaksanaan, memiliki keterbatasan tertentu; seperti tempat pelaksanaan ritual dan amalan haji yang harus ditunaikan pada tempat-tempat tertentu. Karena itu, tidak sahih mengerjakan amalan-amalan haji selain pada tempat yang telah ditentukan.
Hal ini juga berlaku bagi pelaksanaan Iktikaf. Kapan saja ditetapkan dengan dalil-dalil standar yang menyatakan bahwa tempat pelaksanannya harus bertempat di masjid raya maka dapat kita pahami bahwa Syari’ Muqaddas (Allah Swt) menghendaki ibadah ini dikerjakan hanya di tempat tertentu ini. Dalam pensyariatan hukum ini tentu saja terkandung kemaslahatan yang boleh jadi tidak mampu dicerap oleh akal kita. Boleh jadi Islam dengan membatasi tempat pelaksanaan iktikaf di masjid raya ingin melakukan kontrol terhadap kualitas dan kuantitas pelaksanaan iktikaf dan di samping itu, Islam memberikan perhatian terhadap nilai-nilai lainya seperti kesatuan, kebersamaan dan kesehatian.[11][IQuest]

Hadis tentang Iktikaf
1.   Iktikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadan
      •   Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
      Bahwa Nabi saw. selalu iktikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.2002)
2.   Bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan
      •  Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. jika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, beliau menghidupkan malam (untuk beribadah), membangunkan istri-istrinya, bersungguh-sungguh (dalam ibadah) dan menjauhi istri. (Shahih Muslim No.2008)
      •  Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw., beliau bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tidak seperti pada hari lainnya. (Shahih Muslim No.2009)

Dasar hukum iktikaf

Dasar hukum iktikaf adalah Al -quran dan hadis. Iktikaf berarti tinggal di dalam masjid yang dila kukan oleh seseorang dengan niat. Dalam Alquran surat al Baqarah ayat 125 yang artinya, “Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail; bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.”
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar bin Khattab, Anas bin Malik, dan Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiq dijelaskan bahwa Rasulullah SAW melakukan iktikaf pada 10 hari terakhir bulan Rama dhan, sejak Nabi datang di Madinah hingga wafatnya. Berdasarkan dalil-dalil tersebut, para ulama baik dari mazhab Maliki, Hanafi, Syafii dan Hambali, se pakat tentang adanya iktikaf.

Iktikaf bertujuan membersihkan hati pada waktuwaktu tertentu karena Allah SWT, melepaskan diri dari kesibukan keduniaan dengan menye rahkan diri kepada Allah SWT, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengharap rahmat-Nya.

Iktikaf dapat berlangsung selama bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan. Para ulama berbeda pendapat tentang lama beriktikaf. Ulama dari Mazhab Hanafi mengatakan ikti kaf itu sunah pada waktu-waktu tertentu, yang mudah bagi pelakunya wa laupun hanya sesaat, tanpa disyariatkan berpuasa.

Sementara menurut ulama Mazhab Maliki, waktu iktikaf itu sekurang-kurangnya sehari semalam dan lebih baik lagi kalau tidak kurang dari 10 hari dengan syarat berpuasa, baik dalam bulan Ramadhan maupun di luar bulan itu.

Mereka berpendapat tidak sah iktikaf seseorang yang tidak berpuasa karena suatu halangan atau tidak sanggup berpuasa. Ulama dari Mazhab Syafii mensyaratkan iktikaf harus tinggal dalam waktu tertentu yang lamanya sama dengan waktu tuma’ninah(berhenti sebentar) dalam rukuk dan sujud. Adapun menurut ula ma dari Mazhab Hanbali, ikti kaf sekurangkurangnya berlangsung selama satu jam.

Menurut ahli fikih Mesir, Wahbah al Zuhaili, sah melakukan iktikaf da lam keadaan berikut, pertama, dila kukan di luar waktu shalat, seperti waktu malam. Kedua, yang mela ku kan iktikaf adalah orang yang tidak mempunyai halangan untuk meng ikuti shalat jamaah. Syarat sah iktikaf antara lain; pertama, Islam, kedua, berakal, ketiga, di dalam masjid, tidak sah kalau di rumah. Keempat, berniat, dan kelima, berpuasa.

Menurut Mazhab Maliki, berpuasa adalah syarat mutlak. Mazhab Hanafi menganggap puasa adalah syarat dalam iktikaf nazar. Sementara menurut Mazhab Syafii dan Hanbali, puasa tidak disyaratkan.


Ada hal-hal yang disunahkan bagi mu’takif(orang yang beriktikaf) yakni, sedapat mungkin melakukan kegiatan membaca Alquran, berdzikir, beristigh far, bertafakur, mengucapkan shalawat Nabi SAW, menafsirkan Alquran, berpuasa menurut jumhur ulama, berada di dalam masjid jami, dilakukan di bulan Ramadhan, dan menghindari perkataan serta per buat an yang tidak bermanfaat baginya.

Kamis, 24 April 2014

KEINDAHAN JILBAB

‘‘WANITA MUSLIMAH’’ 


Seorang PEMUDA INGGRIS bertanya kepada SEORANG PEMUDA MUSLIM...


PEMUDA INGGRIS : "Kenapa dalam islam wanita tidak boleh berjabat tangan dengan laki²...???"



PEMUDA MUSLIM : "Bisakah anda berjabat tangan dengan ratu Elizabeth...???"



PEMUDA INGGRIS : "Oh tentu tidak bisa...!!! Cuma orang² tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan ratu...!!!"



PEMUDA ISLAM (tersenyum) : "Wanita² dari kaum muslim adalah para ratu, dan ratu tidak boleh berjabat tangan dengan laki² sembarangan yang bukan mahramnya...!!!"



PEMUDA INGGRIS : "Kenapa wanita muslim menutupi tubuh dan rambut mereka (berjilbab)...???



PEMUDA MUSLIM (tersenyum lagi) : "Lalu menunjukkan dua buah permen. Ia membuka bungkus permen yang pertama, dan membiarkan permen yang kedua tertutup bungkusnya. Tiba² dia melemparkan kedua permen itu ke lantai yang sangat kotor.



PEMUDA MUSLIM : "Jika saya meminta Anda untuk mengambil satu permen, permen mana yang akan Anda pilih...???"


PEMUDA INGGRIS : "Tentu saja yang masih tertutup dengan bungkusnya, karena isinya tetap bersih dan tidak kotor sama sekali...!!!"


PEMUDA MUSLIM : "Begitulah cara kami orang islam memperlakukan dan melihat wanita dari golongan kami. Mereka menggunakan jilbab untuk menjaga kesucian mereka. Mereka hanya boleh menampakkan kecantikan dan keindahannya hanya untuk suami mereka.

PEMUDA INGGRIS : "Sungguh luar biasa agama kalian...!!!"

◦♥◦ Sebaik²nya Wanita adalah Wanita yang Solehah ◦♥◦

























http://adf.ly/kpBBa