Ini Tanda-Tanda
Orang sedang Bohong!
Anda pasti pernah dibohongi, rasanya tidak enak bukan? Misalnya saja, kamu
baru mengetahui, ternyata kekasihmu punya pasangan lain selain kamu, padahal
dia selalu bilang ke kamu “Cuma kamu yang ada di hatiku”. Bagaimana perasaanmu?
Atau pada kasus kebohongan yang lebih umum. Pada masa kampanye,
berbondong-bondong para calon pejabat mengiklankan dirinya, mengagung-agungkan
prestasinya, dan dengan ringan mengumbar janji-janji, mulai dari perbaikan
fasilitas publik, pelayanan kesehatan murah, sampai pada pendidikan gratis. Namun,
ketika telah terpilih menjadi pejabat negara, realisasinya? Lagi-lagi
kebohongan.
Seandainya, di Indonesia ini banyak orang yang memiliki kemampuan Dr. Cal
Lightman seperti di serial televisi lie to me, bisa jadi kebohongan menjadi
suatu hal yang tabu bagi masyarakat. Bagaimana tidak? dia bisa mengetahui
kebohongan seseorang hanya dengan mengamati gerak-gerik orang lain.
Di ranah hukum dan kepolisian, telah dikembangkan teknologi khusus dalam
mendeteksi kebohongan, poligraf namanya. Alat ini dirancang khusus untuk
mendeteksi fungsi organ tubuh yang bereaksi saat seseorang berbohong. Tapi
sayangnya, belum lama ini akurasi poligraf mulai dipertanyakan oleh para ahli. Seperti
Joe Navaro (2012) yang mengatakan It merely recognizes physiological changes in
reaction to a cue,but it doesn’t detect lies and it can’t.
Mengatasi hal ini, berbagai
penelitian dilakukan para ahli lewat perspektif psikologi dan fisiologi.
ditemukan beberapa pola tingkah laku yang menunjukkan adanya sesuatu yang
disebut dengan “isyarat kebohongan”. Isyarat ini bisa berbentuk verbal, namun tidak jarang juga berbentuk
non-verbal.
Kemudian, isyarat kebohongan dikaji lagi oleh dalam sebuah penelitian.
Hasilnya, dilaporkan ada 158 macam perilaku yang dapat dikategorikan sebagai
isyarat kebohongan (DePaulo, Malone, Lindsay, Muhlenbruck, Charlton, &
Cooper, 2003). Dari 158 isyarat ini, penulis akan jelaskan beberapa jenis
ciri-ciri orang berbohong yang barangkali bisa di gunakan untuk menangkap
kebohongan lawan bicara kamu.
1. Argumen
Ini Tanda-Tanda Orang sedang Bohong!
Pembohong lebih sulit menceritakan hal-hal mendetil dalam argumennya.
Seperti deskripsi orang, tempat, tindakan peristiwa, dan waktu kejadian. Dia
lebih mendeskiripsikan sesuatu secara umum dengan mengabaikan hal-hal yang
sifatnya mendetil. Ini dikarenakan, si pembohong lebih sadar dalam berargumen. Dia
akan mengontrol setiap argumennya untuk mengantisipasi kesalahan yang mungkin
akan timbul dari argumen yang keluar. Sehingga, untuk menjelaskan detil
sesuatu, pembohong lebih berhati-hati dan akan mulai bertanya kepada diri
sendiri, “apakah benar yang aku ucapkan?”.
Selain melihat seberapa rinci argumennya, pembohong juga sering melakukan
pengulangan kata atau kalimat. Lihat pula bagaimana konsistensi dan koherensi
tiap argumen. Pembohong akan lebih sulit dalam berargumen secara konologis,
menggunakan logika berpikir yang runtut.
Ini Tanda-Tanda Orang sedang Bohong!
No mortal can keep a secret. If
his lips are silent, he chatters with his finger-tips; betrayal oozes out of
him at every pore.” Freud (1905)
Pandangan Freud ini, mendasari
Paul Ekman dalam mengonsepsi teorinya tentang mikro-ekspresi. Ketika seseorang
sedang berbohong, ada beberapa jenis reaksi muncul pada wajah yang menandakan
kebohongan seseorang. Oleh karena pembohong menahan kebenarannya, reaksi lain
muncul dalam bentuk mikro-ekspresi. Ekspresi yang sangat singkat, dan kurang
jelas terlihat.
Ekpresi kebohongan ini,
disebutkan oleh DePaulo (2003) dalam beberapa bentuk. Diantaranya ialah saat
seseorang mengangkat dagunya, atau menekan bibirnya ke dalam, tanda bahwa
dirinya sedang menahan sesuatu. Bisa
juga dengan memperhatikan pupil mata yang akan melebar saat seseorang sedang
berbohong. Untuk yang terakhir ini, didasari oleh pandangan Zuckerman yang
mengatakan gairah muncul ketika berbohong.
3. Gerak tubuh
Meski Ekman telah merumuskan teori mikro-ekspresi, di tahun sebelumnya
(1969) dia bersama rekannya, Friesen, telah memiliki hipotesis bahwa tubuh
memiliki lebih banyak isyarat daripada wajah. Hipotesis ini dibuktikan kembali oleh Bond dan
DePaulo (2006), dengan media video. Mereka menyediakan tiga jenis video yang
menampilkan wajah saja, tubuh saja, serta keduanya. Dari penelitian tersebut,
isyarat kebohongan lebih banyak didapat dari video nomor dua dan tiga (tubuh
saja dan keduanya) daripada nomor satu (wajah saja).
Dengan demikian, hipotesis Ekman dan Friesen teruji, tubuh memiliki isyarat
kebohongan yang lebih banyak. Ini dapat dilihat saat seseorang berbohong, dia
merasa tidak nyaman dengan duduknya, sering berubah posisi duduk, menggerakan
tangan dan jari-jarinya, menggoyang-goyangkan kaki, dan lain-lain. Ketidaknyamanan
ini adalah tanda kecemasan, perasaan takut bila nantinya dia akan ketahuan
sedang berbohong.
Ini Tanda-Tanda Orang sedang Bohong!
Untuk mendeteksi kebohongan lawan bicara kamu, bisa juga kamu lihat dari
spontanitas lawan bicara dalam menanggapi pertanyaan atau argumen yang kamu
berikan. Orang yang mengatakan kebenaran, akan merespon lebih spontan daripada
yang berbohong. Karena, orang jujur memiliki dasar lebih jelas dibandingkan
dengan orang bohong. Orang bohong, perlu memroses otaknya lebih keras (artinya
membutuhkan waktu lebih lama) untuk menciptakan sebuah argumen demi
kesuksesannya dalam berbohong (membuat lawan bicara percaya).
Lagi-lagi, pembohong tidak akan luput dari perasaan berbohong. Cemas dan
takut ketahuan, nantinya akan membuat seseorang merasakan ketegangan. Ketika
ketegangan meningkat, dampak yang akan ditimbulkan dari ketegangan seseorang
yang sedang berbohong, bisa berupa intonasi dan frekuensi suara meningkat. Bisa
juga, akibat ketegangan tersebut, seseorang yang sedang berbohong mengurangi
kontak mata dengan lawan bicaranya.
Perlu digarisbawahi, Ekman , De Paulo , Frank , Mann , O’Sullivan , Vrij
berkata tidak ada perilaku tunggal indikasi penipuan. Artinya, setiap perilaku
tidak dapat berdiri sendiri tanpa dibarengi dengan perilaku lain. Misal, lawan
bicara kamu berulang kali mengubah posisi duduknya, bukan berarti dia sedang
berbohong. Bisa jadi ketidaknyamanannya didasari oleh faktor eksternal, misal
tempat, pengawasan orang lain, keintiman dengan lawan bicara, dan sebagainya.
Oleh karena itu, ketika kamu melihat ada seseorang yang menunjukan satu
isyarat kebohongan, bukan berarti orang tersebut sedang berbohong. Perlu
analisis lebih lanjut dengan mengasosiasikan satu isyarat dengan isyarat lain,
demi mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Akhirnya, untuk mengetahui apakah seseorang berbohong atau tidak,
dibutuhkan kemampuan yang lebih. Kamu harus benar-benar memutar otak untuk
merinci pertimbangan-pertimbangan yang dapat memengaruhi akurasi penilaian kamu
terhadap kebohongan orang lain. Memang sulit, tapi bukan tidak mungkin. Pada
artikel selanjutnya penulis akan jelaskan bagaimana cara untuk meningkatkan
kemampuan ini
Sumber :
Bond, C. F., & DePaulo, B. M.
(2006). Accuracy of Deception Judgement. Personality and Social Psychology
Review , 10, 214-234.
DePaulo, B. M., Malone, B. E.,
Lindsay, J. J., Muhlenbruck, L., Charlton, K., & Cooper, H. (2003). Cues to
Deception. Psychological Bulletin , 129, 74-118.
Navaro, J. (2012, Maret 15). The
Truth About Lie Detection. Dipetik Desember 31, 2013, dari Psychology Today:
http://www.psychologytoday.com/blog/spycatcher/201203/the-truth-about-lie-detection
Sumber:
http://ruangpsikologi.com/kesehatan/ini-tanda-orang-bohong/#ixzz3RLpIpq00
Copyright RuangPsikologi.com 2014
Under Creative Commons License:
Attribution Non-Commercial
Follow us: @ruangpsikologi on
Twitter | ruangpsikologi on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar