Senin, 12 Mei 2014

MAKNA FILOSOFI DARI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL




Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.
'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.
'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.
'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.
Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).

KALAU dulu di pelajaran Sekolah Dasar diajarkan lagu-lagu daerah, pasti tahu dong lagu Gundul-Gundul Pacul berasal dari daerah mana? Yups, lagu ini berasal dari daerah Jawa Tengah yang diciptakan oleh R. C. Hardjosubroto. Sekarang, djamandoeloe.com ingin mengulas sedikit tentang lagu daerah ini.
Meski di setiap buku lagu-lagu daerah nama R. C. Hardjosubroto tercantum sebagai pencipta lagu Gundul-Gundul Pacul, namun ada yang mengatakan konon lagu ini diciptakan pada tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja. Belum diketahui pasti kebenarannya tapi katanya lagu yang dibuat oleh Sunan Kalijaga ini mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia.
Sebelum djamandoeloe.com menjelaskan arti filosofis lagu Gundul-gundul Pacul, kita lihat dulu liriknya:
Gundul gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
kita akan menjelaskannya satu per satu. Kalau arti gundul pasti kalian sudah tahu kan, itu loh yang kepalanya plontos enggak ada rambutnya, tapi itu tuh ada maknanya. Kepala adalah lambang kehormatan atau kemuliaan seseorang, sedangkan rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka,gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Lalu, pacul sebagai alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat ini melambangkan kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. Jadi, gundul gundul pacul itu artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia pembawa pacul untuk mencangkul, menguapayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa sendiri memiliki filosofi tentang pacul, pacul itu katanya adalah papat kang ucul atau empat yang lepas. Maksudnya adalah kemuliaan seseorang akan sangat tergantung pada empat hal. Apa saja sih empat hal itu? Yakni, bagaimana seseorang menggunakan matanya, hidungnya, telinganya, dan mulutnya. Mata itu seharusnya digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, telinga digunakan untuk mendengar nasihat, hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan, dan mulut digunakan untuk berkata-kata adil. Jika, keempat hal tersebut lepas dari seorang pemimpin maka lepaslah sudah kehormatannya.
Kemudian arti gembelengan yaitu besar kepala, sombong, dan suka bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat, tetapi dia malah menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya, menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia, dan menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.
Selanjutnya arti nyunggi nyunggi wakul-kul maksudnya adalah membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Wakul sendiri menyimbolkan kesejahteraan rakyat, kekayaan negara, sumber daya, pajak, dan sebagainya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul di kepalanya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap sebagai kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Pemilik bakul lebih tinggi kedudukannya dibandingkan pembawa bakul karena ia hanyalah pembantu si pemiliknya. Dan sekarang banyak sekali pemimpin yang masih gembelengan, melenggak lenggokan kepalanya dengan sombong, mereka pun bahkan bermain-main dengan kedudukannya.
Akibat dari semua itu ya wakul ngglimpang segane dadi sak latar, bakul terguling dan nasinya tumpah kemana-mana. Artinya, jika pemimpin gembelengan maka sumber daya akan tumpah kemana-mana, tidak terdistribusi dengan baik dan kesenjangan muncul dimana-mana. Nasi yang sudah tumpah ke tanah sudah tidak bisa untuk dimakan lagi karena kotor.
Jadi, Gundul gundul Pacul-cul artinya orang yang keempat inderanya (mata, hidung, telinga, dan mulut) tidak digunakan dengan baik akan mengakibatkanGembelengan atau sombong. Sedangkan Nyunggi nyunggi wakul-kul artinya siapa yang menjunjung amanah rakyatnya dengan Gembelengan (sombong hati) maka akhirnya akan Wakul Ngglimpang atau amanahnya akan jatuh dan tidak bisa dipertahankan sehingga Segane dadi sak latar, kepemimpinannya itu berantakan sia-sia, tidak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Kalau sudah begitu ya gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat.
Hmmm, ternyata lagu-lagu daerah itu diciptakan bukan hanya sekadar untuk dinyanyikan tetapi terselip makna yang sangat bermanfaat bagi semua orang. Semoga Sobat Djadoel tidak tergerus oleh lagu-lagu modern saat ini kemudian mengabaikan lagu-lagu daerah begitu saja. Penting bagi kita sebagai warga negara Indonesia untuk melestarikan karya-karya Indonesia. We love Indonesia ^^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar