Seorang muslim punya prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar yaitu
bagaimanakah sikap dia pada non muslim.
1- ISLAM YANG PALING BENAR
Para ulama sepakat bahwa tidak ada di muka bumi ini agama yang paling benar
selain agama Islam. Agama ini adalah penutup seluruh agama. Agama ini menghapus
seluruh ajaran agama-agama sebelumnya. Tidak lagi tersisa di muka bumi yang
menyembah Allah dengan benar selain agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam.” (QS. Ali Imron: 19)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (QS. Al Maidah: 3)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ
يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” (QS. Ali Imron: 85)
Yang dimaksud dengan Islam setelah diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah ajaran yang dibawa oleh beliau dan bukan yang dimaksud dengan
ajaran selainnya.
Al Qur’anul Karim adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah. Al
Qur’an meghapus kitab Taurat, Zabur, Injil dan seluruh kitab yang diturunkan
sebelumnya. Al Qur’an adalah sebagai hakim yaitu ukuran untuk menentukan benar
tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Tidak ada satu
pun kitab yang diturunkan saat ini yang memberi petunjuk untuk beribadah pada
Allah dengan benar selain Al Qur’anul Karim. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan sebagai hakim terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS. Al Maidah: 48)
3- TAURAT DAN INJIL TELAH DIHAPUS OLEH Al QUR’AN
Seorang muslim wajib mengimani bahwa taurat dan injil telah dihapus dengan
Al Qur’anul Karim. Perlu diketahui bahwa Taurat dan injil telah mengalami
penyelewengan, penggantian, penambahan dan pengurangan sebagaimana hal ini
telah dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim. Di antaranya kita dapat melihat pada
ayat,
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka
telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat).”
(QS. Al Maidah: 13)
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ
بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ
ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ
مِمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab
dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan
maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 79)
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ
أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ
الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya
membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al
Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca
itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui. ” (QS. Ali Imron: 78)
Oleh karena itu, setiap ajaran yang benar yang ada dalam kitab-kitab
sebelum Al Qur’an, maka ajaran Islam sudah menghapusnya (menaskh-nya). Selain
ajaran yang benar tersebut berarti telah mengalami penyelewengan dan
penggantian. Ada riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah marah ketika Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu
melihat-lihat lembaran taurat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا بْنَ الخَطَّابِ؟ أَلَمْ آتِ بِهَا بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ؟! لَوْ كَانَ أَخِيْ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسَعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي رواه أحمد والدارمي وغيرهما.
“Apakah dalam hatimu ada keraguan, wahai Ibnul Khottob? Apakah dalam taurat
(kitab Nabi Musa, pen) terdapat ajaran yang masih putih bersih?! (Ketahuilah), seandainya
saudaraku Musa hidup, beliau tetap harus mengikuti (ajaran)ku.” (HR. Ahmad 3:
387, Ad Darimi dalam Al Muqoddimah, 1:115-116, Al Bazzar dalam Kasyful Astar 1:
78-79 no. 124, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah 1: 27 no. 50, Ibnu ‘Abdil Barr
dalam Jaami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih, Bab Menelaah Kitab Ahli Kitab dan
Riwayat dari Mereka 1: 24)
4- NABI MUHAMMAD ADALAH PENUTUP PARA NABI
Di antara keyakinan pokok dalam Islam yaitu nabi dan rasul kita
Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi dan rasul. Sebagaimana
AllahTa’ala berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)
Oleh karenanya, tidak ada rasul yang wajib diikuti selain Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya ada salah satu Nabi dan Rasul Allah
hidup ketika Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, maka ia pun harus
mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi tersebut diharuskan
mengikuti beliau, sebagaimana firman AllahTa’ala,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi:
“Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian
datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya
kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman:
“Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?”
Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah
(hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ” (QS. Ali Imron: 81)
Begitu pun dengan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Ketika beliau turun kembali di
akhir zaman, beliau akan mengikuti Nabi kita Muhammadshallallahu ‘alaihi wa
sallam dan akan berhukum dengan syari’at Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ
الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ
عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ
آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ
مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan
yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al A’rof: 157)
Begitu pula yang termasuk pokok keyakinan dalam Islam yaitu diutusnya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah umum untuk seluruh manusia.
Sebagaimana AllahTa’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ
بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba': 28)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua.” (QS. Al A’rof: 158).Masih banyak ayat lainnya yang serupa dengan ini.
5- SELAIN ISLAM ITU KAFIR
Yang juga termasuk ajaran pokok dalam agama ini adalah wajib diyakini bahwa
setiap orang yang tidak masuk Islam baik Yahudi, Nashrani dan lainnya, maka
mereka itu kafir. Penamaan kafir pada mereka adalah setelah datang penjelasan
(hujjah) pada mereka. Mereka adalah musuh Allah dan Rasulullah serta musuh
orang-orang beriman. Mereka nantinya termasuk penghuni neraka. Sebagaimana
Allah Ta’alaberfirman,
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ
“Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka
bukti yang nyata.” (QS. Al Bayyinah: 1).
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ
الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah: 6)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ
بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
“Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi
peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).”
(QS. Al An’am: 19)
هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ
“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya.” (QS. Ibrahim: 52)
Ada sebuah riwayat dalam shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ
بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ
وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang pun dari
umat ini (yaitu Yahudi dan Nashrani), lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman
pada wahyu yang aku diutus dengannya, kecuali ia pasti termasuk penduduk
neraka.”[1]
Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mengkafirkan Yahudi dan Nashrani,
maka ia juga ikut kafir. Hal ini berdasarkan kaedah syar’iyah,
مَنْ لَمْ يَكْفُر الكَافِرَ بَعْدَ إِقَامَةِ الحُجَّةِ عَلَيْهِ فَهُوَ كَافِرٌ
“Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir setelah ditegakkan hujjah
(penjelasan) baginya, maka ia kafir.”
Diambil dari Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Ifta’
yang saat itu diketuai oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, selaku
wakil adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, sedangkan Syaikh Bakr Abu Zaid dan
Syaikh Shalih Al Fauzan sebagai anggota, Fatwa no. 19402, 12: 275-284.
[1] HR. Muslim dalam Al Iman (153),
Musnad Ahmad bin Hambal (2/317)
Hanya Allah yang memberi taufik.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
http://muslim.or.id/aqidah/prinsip-akidah-muslim-terhadap-non-muslim.html